Salah satu tema yang menjemukan bagiku adalah tema seputar ibu
bekerja vs ibu rumah tangga. Entah itu sindiran antara satu kubu dengan yang
lain ataupun upaya pembuktian diri dari salah satu kubu. Bosan. Itu yang
langsung muncul di kepalaku kalo muncul tema beginian, entah di status sosmed,
artikel, apalagi bahan pembicaraan.
Tapi aq cendrung lebih jenuh kalo
para IRT mulai memuji diri sebagai yang paling perhatian dan peduli sama
anaknya. Mulai mengatakan bahwa wanita ‘pembentuk peradaban’, dan
sebagainya-dan sebagainya. Oh ya, aq setuju bahwa para ibu memiliki peran besar
dalam tumbuh kembang anaknya, tapi nggak perlu juga memamerkan hal itu kan?
Aq seorang IRT. Dan aq tidak memilih hal itu
karena peran itu aq anggap mulia. Aq memilihnya karena tidak punya pilihan
lain. Tiap pilihan ada konsekuensinya. Dan aq merasa tidak sanggup menanggung
konsekuensi sebagai wanita karir dengan jam kerja 8am-5pm. Karena itu artinya aq harus cari
orang untuk ngurus si Bagas, dan aq harus membiarkan orang lain mendidik Bagas.
Yang mana hasil didikan itu, aq yang akan pertanggungjawabkan kepada Allah
kelak. Aq tak mau menitipkan Bagas ke sebuah tempat yang menyuruh anak-anak
menghapal rukun iman pake mikrofon keras-keras, tapi tidak benar-benar
menanamkan konsep iman ke dalam hati mereka ( Memang tidak semua lembaga
pendidikan begitu, ada kok yang benar-benar berkualitas). Aq merasa konsekuensi dari tidak berkerjanya
aq masih bisa ditanggulangi daripada konsekunsi yg harus kuterima jika aq
bekerja. Dan aq juga nggak mengatakan bahwa aq akan selamanya jadi IRT, jika
kondisi memaksa mungkin aq akan kembali bekerja.
Aq akui ibu rumah tangga bukan
profesi yang terlihat keren. IRT itu biasanya diplesetkan jadi PRT kok.
Biasanya beberapa orang berusaha untuk membuat pencitraan lebih terhadap konsep
ibu rumah tangga. Banyak deh tulisan
yang ingin membesarkan hati para ibu rumah tangga ‘saja’. Kalo sudah begitu, aq
suka bertanya sendiri, ‘memangnya kenapa kalo nggak keren?’, ‘kenapa penting
sekali dibilang keren?’. Toh peran itu kita pilih bukan supaya dibilang
keren/mulia kok. Jika memang pilihan itu dilakukan dengan ikhlas, maka pujian
atau hinaan nilainya sama saja di mata kita. Mau dibilang PRT monggo, mau
dibilang ‘pembentuk peradaban’ silahkan.
Tulisan ini bukan untuk membela ibu bekerja atau menyudutkan para IRT, aq hanya ingin mengingatkan, bahwa ikhlas dengan hal baik yang
kita pilih karena Allah, berarti kita menerima apapun konsekuensi dari pilihan
kita. Dan terus menerus berupaya memuji diri sendiri dengan berbagai upaya
pengakuan diri, hanya akan menggerus nilai amalan kita di hadapan Allah.
ODOPfor99days #day13
-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar