Selasa, 30 Agustus 2016

Durian Cake (in rose's shape)




Durian seasons’s back! Yay! It means that, they sold it in the low price at the market. It also means that its time to try a marmer cake recipe that I got sometimes ago! Could I be more happy? This recipe make my mouth wet just by imagined the taste. And turn out, the cake as good as the way i thought about it. This durian cake rich with durian flavor and absolutely very appetizing. I made the cake 2 times, 2 days straight! Yep, the cake is that good! Wanna try? Here the recipe:
Durian Marmer Cake (source : saji tabloid)

Ingredients:
·        Butter 225 gr
·        Sugar 125 gr
·        Durian fleash 200 gr
·        Egg 4
·        All Purpose Flour 280 gr
·        Powder milk 20 gr
·        Baking powder 2 tea spoon
·        Chocolate food colored

Rabu, 24 Agustus 2016

Kue Nenas yang Bikin Up Side Down


Kali ini kita akan ngomongin nenas. Yup! Ada dua kue yang kucoba bikin dengan buah yang juga rumahnya spongebob ini. Kedua resep ini bikin aku up side down dalam arti yang berbeda antara yang satu dengan yang lainya. Nah, ini dia kuenya:

Upside Down Cake

upside sown cake

Senin, 22 Agustus 2016

Marmer Durian (In Rose Shape)


marmer durian

Musim durian datang lagi! Yay! Kali ini aku mau share kue favorit ku yang belum lama ini kubuat. Jadi, waktu aku ke pasar (sering banget ya eike mention pasar, cewek pasar aja bangga, hoho) udah ada yang jual durian 2 biji Cuma 15 ribu. Semangat donk eike, langsung deh dibeli. Apalagi dari sebelumnya aku udah ngiler banget ngeliat resep kue marmer durian, n nggak sabar pingin ‘ngegarap’ tu resep. Dan ternyata ini kue memang pantas untuk ditetesi iler (eh), uenak tenan iki! Kuenya gurih berlemak, dengan rasa dan aroma durian yang kaya. Ah, top markotop lah pokoknya. Saking sukanya, 2 hari bertutur-turut bikin kue ini! Penasaran dengan resepnya? Ini dia:



Selasa, 19 April 2016

Pizza Gulung Kacang



pizza gulung kacang

Resep kali ini kuambil dari klipingan resep lama punya mamaku, jadi aku nggak tau pasti resep ini dari majalah atau tabloid apa. Aku nyoba resep ini gegara minggu lalu aku nyobain croissantnya hypermart (sebenarnya bukan croissant beneran sih, bentuknya aja dimirp-miripin), jadilah aku kepingin makan lagi sebanyak-banyaknya. Berhubung aku nggak punya bahan buat bikin croissant, kupikir bikin roti mini jadilah.. hehe.. Jauh ya dari croissant jadi roti mini? Yah, menjelang aku memperoleh korsvet dan belajar bikin croissant sendiri (yang aku yakin nggak gampang buatnya), marilah menyimak resep pizza gulung kacang berikut:

Bahan kulit:
·         Terigu protein tinggi 300gr
·         Ragi 1 sdt (3 gr)
·         Gula 25 gr
·         Santan 190 ml (aku ganti dengan susu)
·         Minyak goreng 1 sdm (aku ganti dengan margarin yang dilelehkan)
·         Garam ½ sdt
Bahan Saus:
·         Santan 200 ml (aku ganti susu)
·         Gula merah disisir halus 50 gr
·         Daun pandan 1 lbr
·         Garam ¼ sdt
·         Larutan 1 ½ sdm maizena dengan 1 ½ sdm air
Bahan Taburan:
·         Kacang tanah sangrai dicincang kasar 100 gr
·         Gula pasir kasar 40 gr
·         1 Kuning telur dikocok lepas , aduk rata dengan 2 sdm susu cair.

Jumat, 15 April 2016

Resep Kue Serba Keju

Sudah lama rasanya aku nggak posting tentang resep kue. Sebenernya aku masih konsisten bikin kue kok, cuma aku sering kelupaan motret  hasil kue buatanku. Soalnya bikin kuenya sore atau malem sih, kan pencahayaanya bikin males banget buat foto. Nah, aku kembali mencoba konsisten untuk upload tiap resep kue yang udah aku cobain. Kali ini aku langsung ngeshare 3 resep sekaligus kue yang mengandung keju, soalnya males bikin 3 posting terpisah..hoho..Ya, entah mengapa akhir-akhir ini aku lagi ngiler tiap ngeliat resep kue yang mengandung keju, mungkin bawaan bayi kali ya? (bayi apaan? Bayi kucing? jangan bikin rumor deh..)

Oke, tanpa memperpanjang cerita ini dia tiga kue yang aku buat sebulan terakhir:

1.Donat Tape Keju (sumber:tabloit saji)

Donat Tape Keju

Ini donat terlembut yang pernah aku buat. Nggak tau karena bahanya atau karena aku benar-benar mengikuti resep untuk mendiamkan adonan sampai 3 kali, biasanya aku cuma diamin adonan 30 menit, terus langsung digoreng karena nggak sabar..hoho..

Bahan :
·         Terigu 400 gram
·         Tape singkong, haluskan 150 gram
·         Gula pasir 25 gr
·         Ragi instan 12 bungkus
·         Baking powder ½ sdt
·         Telur 1 butir
·         Air es 150 ml
·         Garam 1/8 sdt
·         Margarin 65 gr
·         Minyak untuk menggoreng
Topping: buttercream (aku ganti margarin aja) dan keju cheddar parut 100 gr
Cara:
1.       Ayak terigu dan baking powder. Tambahkan ragi dan gula pasir. Masukan tape. Aduk rata
2.       Masukan telur dan air es sedikit-sedikit sambil diuleni sampai kalis
3.       Tambahkan margarin dan garam. Uleni sampai elastis.
4.       Diamkan adonan 30 menit. Kempiskan adonan lalu timbang masing-masing 30 gram. Bulatkan. Diamkan 10 menit.
5.       Ambil 1 adonan. Pipihkan. Bolongkan tengahnya, diamkan 30 menit.
6.       Goreng, dinginkan, beri topping.

2. Roti keju toping kopi (sumber:tabloit saji)

Roti keju toping kopi

Senin, 11 April 2016

Keuntungan Anak Tidak Mendengarkan Musik

Salah satu hal yang tak pernah aku ajarkan pada Bagas adalah musik dan nyanyian. Ya, sebagai ibu, aku tak pernah mengajak anaku bernyanyi atau mengajarkan dia nyanyian. Handphone suamiku tak ada musik (hp ku nggak bisa mutar musik) dan di rumah kami tak pernah menyalakan televisi (bukan anti tv,karena nggak punya antena aja,haha..). Di handphone suamiku hanya ada murottal dan ceramah agama. Otomatis, Bagas tak punya akses terhadap musik dan tak punya pilihan lain selain mendengar apa yang tersedia.

Aku bukan pembenci musik, dulu setiap hari aku mutar musik. Hingga ketika aku menikah dengan suamiku, mengikuti pengajian sunnah dan mengetahui dengan benar hukum musik dalam Agama Islam. Sejak itu, aku tak memutar musik lagi. Berikut salah satu dalil yang mengharamkan musik, seperti yang kukutip dari rumaysho.com

Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan. Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan-akan ada sumbat di kedua telinganya; maka beri kabar gembiralah padanya dengan azab yang pedih.” (QS. Luqman: 6-7)

Ibnu Mas’ud ditanya mengenai tafsir ayat tersebut, lantas beliau –radhiyallahu ‘anhu– berkata, Yang dimaksud  (perkataan yang tidak berguna) adalah nyanyian, demi Dzat yang tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi selain Dia.” Beliau menyebutkan makna tersebut sebanyak tiga kali.

Jika ada yang mengatakan, “Penjelasan tadi kan hanya penafsiran sahabat, bagaimana mungkin bisa jadi hujjah (dalil)?”
 
Maka, cukup kami katakan bahwa tafsiran sahabat terhadap suatu ayat bisa menjadi hujjah. Ibnul Qayyim mengatakan, “Walaupun itu adalah penafsiran sahabat, tetap penafsiran mereka lebih didahulukan daripada penafsiran orang-orang sesudahnya. Alasannya, mereka adalah umat yang paling mengerti tentang maksud dari ayat yang diturunkan oleh Allah karena Al Qur’an turun di masa mereka hidup”.

Lalu bagaiman dengan penelitian para ahli yang menunjukan manfaat musik bagi anak-anak? Aku tak menampiknya, aku percaya musik memiliki sedikit manfaat. Tapi  manfaatnya tak sebanding dengan mudharatnya. Perlu diingat bahwa adalah wajib bagi seorang muslim untuk beriman ketika dalil sudah datang padanya. Dan apakah aku berani menyandingkan dalil dengan perkataan entah siapa? Berikut aku kutip pernyataan Ibnul Qayyim

“Firman Allah dan sabda Rasul Nya itulah ilmu. Juga perkataan para sahabat, mereka ahli ilmu. Bukanlah ilmu jika secara bodoh kamu melawankan antara sabda Rasul dengan perkataan seorang fulan”

Mungkin akan ada yang berpikir bahwa, anaku kasihan karena tak bisa bersenang-senang seperti anak kebanyakan, dan bahwa musik membuat hidup lebih berwarna.Menurutku pendapat itu terasa berlebihan. Bersenang-senang tidak hanya dilakukan dengan musik. Dan jika seorang muslim berkata bahwa musiklah yang membuatnya tenang dan bahagia, aku ingatkan kembali ayat berikut: 

Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. ar-Ra’du: 28)

Lalu apa keuntungan yang kuperoleh dari tak pernahnya Bagas mendengarkan musik? Pertama, karena dia tak punya akses ke musik, ketika ia megang HP abinya mau nggak mau dia mendengarkan murottal. Kedua, karena dia cuma tau murottal dan adzan, maka ketika dia ingin bersenandung maka yang dia senandungkan adalah adzan dan murottal. Ketiga, karena dia cendrung lebih sering dengar murottal, mau nggak mau dia hapalnya surat Al Quran, lebih tepatnya Al-Fatihah. Memang belum lancar dari ta’awudz sampai amin sih, tapi dia sudah bisa menyambung kalau aku pancing dengan kata-kata awal. Not bad lah.. Bukankah bagi seorang muslim lebih bermanfaat surat Al Fatihah dibandingkan ‘balonku ada lima’?

Memang sih, aku tak bisa selamanya menutup akses Bagas dari musik. Zaman sekarang, musik diputar dimana-mana, mesjid aja mutar musik ‘islami’ kok. Tapi paling tidak, bukan aku yang memperkenalkan musik pada anaku. Mengapa itu penting? karena kita bertanggungjawab terhadap tanggungan kita. Ketika mengajarkan yang baik, kita mendapatkan balasan, ketika mengajarkan yang buruk pun kita mendapat balasan.

Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma berkata,
"Didiklah anakmu, karena sesungguhnya engkau akan dimintai pertanggungjawaban mengenai pendidikan dan pengajaran yang telah engkau berikan kepadanya. Dan dia juga akan ditanya mengenai kebaikan dirimu kepadanya serta ketaatannya kepada dirimu.”(Tuhfah al Maudud hal. 123). (dikutip dari muslim.or.id)
 
 ODOPfor99days #day22

Senin, 28 Maret 2016

Obat Demam Alami Anak



Kurang lebih sebulan yang lalu Bagas mendadak demam tinggi. Sabtu malam suhunya mecapai 39,5 derajat Celcius. Sebenarnya, kalau ke dokter anak, jika demamnya segitu biasanya langsung dikasih obat yang dimasukan melalui anus. Tapi berhubung stock obat di rumah udah lama, aku nggak berani kasih. Akhirnya, Bagas kukasih penurun demam biasa dan kukompres.

Hari Minggu pagi, demam Bagas belum berkurang. Aku dan suami agak khawatir karena kondisi Bagas lemas, padahal biasanya walaupun demam dia tetap semangat main. Sebenarnya kami pingin bawa dia ke dokter, tapi berhubung hari Minggu, dokter langganan nggak praktek. Akhirnya, kami memutuskan untuk menunggu sampai siang untuk melihat perkembangan kondisi demamnya. 

Untungnya di rumah ada buku ‘1001 Resep Obat Asli Indonesia’ karangan sinshe Abu Muhammad Faris Al Qiyanji. Buku ini berisi berbagai resep obat tradisional untuk berbagai penyakit, mulai dari yang ringan seperti batuk hingga yang berat seperti pembengkakan hati. Untuk demam sendiri, resepnya bermacam-macam. Aku memilih mencoba 3 saran, yaitu memberi perasan wortel, memberi makan buah semangka yang banyak, dan mengoleskan campuran bawang dan minyak ke seluruh tubuh Bagas. Disamping itu aku juga memberi obat demam anak(sanmol) secara berkala. 

Alhamdulillah, sorenya demam Bagas turun, dan menjelang Maghrib ia sudah bisa dikatakan sembuh. Aku nggak tau apa penyebab demam dadakan bagas, tapi qadarullah gabungan dari obat-obatan alami itu cukup manjur. Nah, berikut resep dari buku ‘1001 Resep Obat Asli Indonesia’ yang aku cobain ke Bagas : 

Sabtu, 19 Maret 2016

Yang Dibutuhkan Penulis



Belum lama ini aku menamatkan buku My Life as A Writer karya Haqi Achmad dan Ribka Anastasia Setiawan. Aku belinya cuma Rp 10.000 di acara diskon Gramedia, dan ternyata isinya lumayan bermanfaat. Buku ini berisi wawancara dengan penulis yang sudah menerbitkan buku, yaitu : Alanda Kariza, Farida, Vabyo, Clara Ng, dan Dewi Lestari (sebenarnya sih aku cuma tau 2 yang terakhir aja, hehe..). Dari buku ini , ada beberapa pelajaran yang bisa aku petik mengenai cara menjadi penulis yang baik. 

sumber:ribka-anastasia.blogspot.com

Sabtu, 12 Maret 2016

Dibalik Marah



Mengurus anak bukanlah hal yang mudah. Mendidiknya apa lagi. Rasanya, setiap hari seorang ibu harus terus berhadapan dengan kondisi yang mengharuskan untuk dilakukan pengambilan keputusan secara cepat dan tepat. Keputusan yang terkadang memiliki efek sepele tapi juga tak jarang memiliki efek jangka panjang (seperti melukai perasaan  anak). 

Setiap ibu pasti sering dilema dalam mengambil keputusan untuk marah atau tidak, bersikap tegas atau longgar, menuruti keinginan anak atau menolak, dan sebaginya-dan sebagainya. Tak pernah ada jawaban yang benar tentang hal itu, bukan? Setiap situasi memiliki jawaban yang berbeda. Dan sebanyak apapun artikel parenting telah kita baca, pada akhirnya intuisi lebih sering digunakan daripada teori para pakar. 

Salah satu dilema yang paling sering kualami adalah dilema untuk memarahi anak atau tidak. Pernah dengar pernyataan yang mengatakan bahwa membentak anak bisa merusak sel-sel otaknya? Ada yang berhasil untuk tak pernah membentak anak sama sekali sepanjang proses mengurus anak? Mungkin ada, tapi sebagai ibu yang kurang sabaran, mengalami PMS dan kelelahan seperiku, tidak pernah membentak anak adalah hal yang mustahil rasanya. Belum lagi perasaan dilema seperti ,’entar kalau nggak pernah dibentak, ini anak tumbuh tanpa perasaan segan kepadaku dan terbiasa bersikap seenaknya’. 

Apakah pola pikirku benar? Apakah sebagai orangtua yang juga ingin menjadi sahabat si anak berarti kita tak boleh memarahinya? Atau kita boleh marah tapi tanpa membentak? Bagaimana pula caranya itu? Kalau dipikir-pikir lagi, bukankah kita boleh memukul anak jika ia berumur 10 tahun yang tidak mau sholat? Apakah itu artinya kita boleh memarahi anak dengan cukup keras setelah ia berumur cukup besar?

Sabtu, 27 Februari 2016

Sudut Pandang Dalam Menghadapi Tingkah Anak



Belum lama ini, aku melihat dua kakak beradik laki-laki bergelut di Mesjid. Kedua anak itu mungkin  umurnya sekitar  4-6 tahun, dengan potongan rambut seperti batok kelapa. Mereka saling mengganggu, kejar-kejaran dan berebut tas ibunya. Karena mereka tarik-tarikan, akhirnya salah satu dari kedua anak itu jatuh tertelungkup. Eh, waktu melihat saudaranya tersungkur gitu, anak laki-laki yang satu lagi malahan dudukin punggungnya ala-ala smack down gitu. Aku otomatis ngakak ngeliat tingkah kedua anak itu. Haha..

Aku jadi berpikir, sepertinya lucu kalau anakku yang kedua laki-laki juga, jadi si Bagas ada lawanya. Jadilah hal itu aku sampaikan ke suami, aku bilang ‘kayaknya kalau adek hamil lagi pinginya laki-laki lagi aja’. Kemudian aku ceritakan sama si mas apa yang aku lihat di mesjid. Terus si mas berkomentar begini,’ ya, adek bilang itu lucu karena liatnya baru sekali, coba kalau tiap hari ngeliat mereka bergelut kayak gitu di rumah, bisa-bisa adek uring-uring terus’.

 Hm, sepertinya suamiku ada benarnya. Tapi aku jadi tercenung juga, terkadang kita tidak mensyukuri apa yang kita miliki, bukan? Misalnya nih, dulu waktu hamil ngeliat anak kecil berantakin lemari, aku bisa ketawa ngakak karena menganggapnya lucu. Eh, waktu Bagas melakukan hal itu tiap hari, aku tak menganggap hal itu lucu lagi, tapi justru merasa sebal. Capek tau beresin baju yang udah dilipat rapi-rapi. Padahal kalau udah nggak bete lagi, aku bisa senyum-senyum sendiri mengingat tingkah polah si Bagas ini. 

Apalagi aku pernah ngebaca status seorang ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Ibu itu seneng banget waktu anaknya akhirnya berantakin rumahnya. Sesuatu yang mebuat sebal para ibu beranak normal. Ah, kalau sudah begitu aku bisa menyesal sendiri, karena kurangnya rasa syukur yang kumiliki. Ya, kenakalan-kenakalan kecil yang dilakukan anak kita terkadang memang menyebalkan (apalagi kalo lagi PMS), tapi hal itu justru yang menjadikan anak-anak sebagai anak-anak. Bisa dibayangin nggak, kalo anak-anak diciptakan langsung memiliki logika seperti orang dewasa. Where’s the fun in that? Mengutip perkataan Imam Ghazali (kalo nggak salah ), ‘tidak akan tercipta yang lebih indah daripada apa yang telah tercipta’.

Ya, aku menyadari bahwa usia-usia awal anak, adalah fase yang merepotkan dan menyita perhatian. Tapi ini juga fase yang termenyenangkan. Ini adalah saat mereka bertingkah dengan berbagai kepolosan murni seorang anak-anak. dan aku sangat menikmati menatap mata anaku yang masih polos itu (kenapa aku tak punya pandangan sepolos itu? hehe) . Apalagi di fase ini kita jauh lebih bebas untuk mencium, memeluk, menggendong dan bergelut dengan mereka. Kelak jika ia bertambah besar tentu kita tak sebebas itu lagi melakukan hal ini. 

aku lupa ini gambar ngopi darimana

Rabu, 27 Januari 2016

Dont Judge A Book By Its Price!



Salah satu cara keluargaku refreshing adalah dengan mengunjungi toko buku. Di situ, aq bisa numpang baca dikit-dikit (jadi nggak beli?) dan Bagas bebas bolak-balik liat ini-itu, tanpa kami terlalu khawatir dia bakal ngerusakin barang. Nah, belum lama ini kami mengunjungi toko buku dan aqmenemukan sesuatu yang menarik. Ehem!

Pada dasarnya setelah menikah, aq jadi lebih jarang beli buku. Pertama karena waktu membaca yang jauh berkurang dan karena harga buku sekarang muahal rek. Dan lagi aq sudah mengurangi membaca fiksi, kecuali pengarang-pengarang fiksi favoritku seperti Sophie Kinsella dan Meg Cabot. 



Selasa, 19 Januari 2016

Sedikit Mengenai Menulis



Belum lama ini aq membaca sebuah tulisan di Kompasiana mengenai lomba menulis yang tidak memiliki pemenang. Aq bisa memahami kekesalan penulisnya, sudah menulis dengan sungguh-sungguh eh penyelenggara lomba dengan seenaknya mengatakan tidak ada pemenang. Aq tersenyum membayangkan reaksi suamiku jika aq menceritakan artikel ini padanya. Kurasa dia akan berkomentar kurang lebih ‘tuh kan apa abang bilang’.

Aq sempat menjadi kontes menulis hunter. Pokoknya apapun temanya (selama tidak bertentangan dengan prinsip hidup dan agama tentu), asal hadiahnya lumayan pasti aq semangat ikut. Bahkan bisa dibilang sebagian besar tulisanku adalah tulisan untuk lomba melulu. 

Dan kegiatan ini tak terlalu disukai suamiku. Hal ini sering menjadi ajang diskusi-debat kami. Menurutnya, lomba adalah kegiatan ‘bodoh-bodoh’. Karena pemenangnya Cuma sekitar 3-5 orang dari ratusan hingga ribuan peserta (malahan aku pernah ikut kontes kelas dunia yang pesertanya ratusan ribu). Menurutnya penyelenggara lomba selalu mendapat kentungan berkali-kali lipat dibanding hadiah yang dikeluarkanya untuk para pemenang. Peserta yang sebanyak itu hanya dimanfaat oleh penyelenggara lomba.Well, mungkin dia benar, tapi kan pemenangnya dapet hadiah lumayan kan?

Lalu dia akan membantah lagi dengan bilang bahwa menang lomba bukan tujuan seorang penulis. Katanya menulis itu seharusnya memberikan kepuasan dihati penulisnya ketika menuliskanya maupun membacanya kembali suatu hari nanti. Dan dia nggak yakin aq akan happy membaca artikel-artikel lombaku lagi, 2-3 tahun mendatang. Hm, kali ini dia juga benar pikirku sambil melirik artikelku mengenai review gadget keluaran terbaru.

Tapi aq masih berkilah, bahwa dengan ikut lomba menulis, aq bisa berlatih menulis dengan baik dengan cara mempelajari tulisan pemenang. Dia membantah lagi dengan bilang, bahwa lomba tidak bisa dijadikan ajang belajar, karena penilaianya yang tak jelas tergantung dari kriteria yang ditentukan oleh masing-masing juri. Dan seringnya juri tidak memberi keterangan mengenai alasan mengapa sebuah tulisan menang, sehingga sulit untuk menentukan standar artikel yang baik berdasarkan lomba. 

Nah, kali ini aq kehabisan jawaban, eh si abang masih ada bantahan lagi mengapa dia nggak suka dengan lomba. Dan alasan yang terakhir ini mungkin paling menohok. Dia bilang,”karena artikel yang ditulis untuk lomba biasanya (nggak semuanya loh ya) nggak punya jiwa, nggak ada penghayatan disana, lah wong temanya aja ditentukan juri kok”. 

Aq merenung. Kurasa mas benar. Aq sudah ikut puluhan lomba, tak ada satupun yang menang. Akupun tak tau apakah kemampuan menulisku telah mengalami peningkatan atau belum. Dan aq setuju soal tulisan ‘tanpa jiwa’ yang dimaksudkanya. Mana mungkin aq menulis dengan semangat soal perumahan yang belum pernah kulihat kan? dan lagi tulisan lomba biasanya penuh dengan ‘sugar coating’ untuk sponsor. 


sumber : buzzfeed.com

Sabtu, 16 Januari 2016

Main Sama Bagas Batch 1

Sesuai komitmenku di 2016 ini untuk bermain dengan serius sama Bagas, aq mulai membuat berbagai mainan untuknya beberapa hari terakhir ini. menurut situs-situs tempat aq mencontek ide, beberapa permainan tersebut membantu perkembangan anak dibidang ini dan itu. aq nggak terlalu peduli dengan manfaatnyasih, menurut aq yang penting aq dan Bagas merasa asik dengan permainan itu. apalagi aq cukup sering membaca kebanyakan manfaat permainan itu melatih motorik halus, yang aq sebenernya kurang paham apa yang dimaksud motorik halus, dan kenapa penting banget kayaknya itu motorik dilatih-latih mulu. Haha..

Oke, berikut beberapa permainan yang bisa aq ingat, dan bagaimana reaksi Bagas dengan permainan-permainan itu. sebagian permainan dia mainkan dengan antusias, sebagian rada males-malesan. Sayangnya nggak semua permainan aq foto, agak ribet soalnya.

1.       Memasukan karet ke botol
Ini permainan simple banget, cukup sediakan berbagai karet gelang dan sebuah botol. Lalu contohkan pada anak untuk memasukan karet tersebut kebadan botol. Bagas agak repot merenggangkan karet, jadi botolnya nggak dia pegang. Hasilnya itu botol tumbang terus, akhirnya Bagas rada males masukin karetnya. Emaknya juga rada ngantuk waktu mainin permainan ini, jadi permainan ini tak terlalu menarik bagi kami.

2.       Meronce
Aq menggunakan tali dan pipet dengan diameter besar yang kugunting-gunting. Permainan ini sepertinya sudah cukup familiar ya, tinggal mencontohkan pada anak untuk memasukan pipet ke tali satu demi satu sehingga menjadi semacam rangkaian. Awalnya Bagas gagal memasukan pipetnya karena dia salah cara memegang talinya. Jadi begitu  pipetnya masuk, keluar-keluar lagi deh. setelah aq contohkan, dia bisa juga memasukan beberapa pipet. Tapi Bagas nggak terlalu suka dengan permainan ini. dia nggak terlalu antusias memasukan pipet-pipetnya sampai selesai. Agaknya permainan yang membutuhkan ketelatenan bukan jenis permainan yang disukai Bagas.

3.       Bermain gunting
Aq pake guntung khusus anak-anak produk mapped. Kebetulan lagi diskon di Giant, hoho... lalu aq tinggal sediain majalah bekas, terus ajak Bagas gunting-gunting deh. bagas suka dengan permainan ini, karena emang udah lama dia penasaran dengan gunting emaknya, tapi nggak pernah dikasih. Permainan ini memadukan 2 hal yang disukai Bagas, merusak barang dan menggunakan gunting seperti orang besar jadi dia cukup antusias dengan permainan ini

4.       Bermain palydough
Aq menggunakan adonan buatan sendiri, yang resepnya : 140 gram tepung + 250gram garam + 120ml air. Hasilnya cukup memuaskan, adonan sedikit terasa berminyak, tapi gampang dibentuk. Yang jelas, kalo adonanya nggak sengaja kemakan sama si Bagas, nggak berbahaya. Aq nggak kasih pewarna makanan, soalnya males entar lengket-lengket ditangan. Lagian ini kan baru percobaan pertama, liat dulu gimana reaksi si Bagas. 

tampilan adonanku


Hasilnya, dia cukup suka mengikutiku membentuk adonan menjadi berbagai bentuk seperti bulan purnama, bulan sabit, donat, dsb. Kemudian adonan yang berbentuk bola dia lempar-lempar ke atas. Aq kira, Bagas nggak terlalu antusias membentuk adonan, tapi waktu anak tetangga main ke rumah dan memainkan adonan dengan cara memadatkan adonanya ke cup es krim, eh si Bagas tertarik. Dia bisa asik sendiri cukup lama Cuma dengan memasukan dan menuangkan adonan ke cup es krim. Berartinya ummynya yang kurang jago ngasih contoh nih. Cuma ada satu yang kurang oke dari permainan ini, lantai rumah jadi rada lengket berminyak gitu. Terpaksa ngepel deh eike.. 

serius banget :)


5.       Berkebun
Alias mengaduk aduk tanah di pot dan menyiram bunga. Bagas sangat antusias dengan permainan ini, saking seriusnya dia sampai nggak ngomong apa-apa pas maininya. Hasilnya, baju kotor dan basah, tapi nggak apa2 lah, nggak repot nyediain ini itu ummynya. Hohoho..

#‎ODOPfor99days‬ #day7



  

Jumat, 15 Januari 2016

'Jaminan' yang Masih Harus Dijaminkan



Apa hal paling menakutkan di dunia ini bagi anda? Jika saya mengatakan bahwa salah satu hal yang paling menakutkan adalah ketidakpastian akan kejadian di masa depan, saya yakin cukup banyak orang yang setuju. Kecelakaan, penyakit, bencana, biaya hidup yang melambung, dan sebagainya dan sebagainya. Ketakutan ini semakin meningkat seiring dengan maraknya penawaran ‘penjamin’ masa depan seperti asuransi, tabungan berjangka, dan kredit ini-itu. Produk-produk ini begitu primadona dan populer, sehingga jenisnya terus berkembang dan berkembang menyesuaikan kebutuhan gaya hidup masa kini. Biaya pendidikan semakin mahal? Ikut tabungan pendidikan. Biaya berobat mahal? Ikut asuransi kesehatan. Takut properti terbakar/tertabrak? Ikut asuransi kecelakaan. Takut tulang punggung keluarga meninggal? Ikut asuransi jiwa. Masa tua tak jelas? Ikut tabungan/investasi berjangka. Yup! Produk keuangan itu berusaha menjamin semua kemungkinan terburuk di masa depan.  Bagi yang tak terlalu khawatir dengan bencana dan sebagainya, akan ditakut-takuti dari pintu yang lain lagi. Pernah dengar kalimat, tanah/properti makin tahun makin mahal, harganya naik terus, kalo nggak ambil sekarang rugi, ntar dapatnya tanah paling pelosok-sepelosok-pelosoknya. Dan sebagainya dan sebagainya yang mengesankan bahwa memiliki property itu darurat banget deh pokoknya.

Semakin kesini, saya merasa upaya menakut-nakuti itu semakin gencar dengan kalimat yang semakin beragam. Dan sayangnya, cukup banyak yang termakan dengan kalimat-kalimat yang sebenarnya bertujuan komersil itu. Tak sedikit saya mendengar kalimat, ‘tau nggak, adek ipar-sepupunya-  temanya-teman  aq, suaminya meninggal padahal usianya masih muda anaknya ada 6 kecil-kecil pula, coba kalo dia ikut asuransi jiwa, kan lumayan.’ Atau kalimat, ‘jaman sekarang kalo nggak kredit, mana bisa beli ini itu’. Pertanyaanya, apakah rejeki Allah sesempit itu? Tapi kalo dibilangin hukum Islam soal asuransi, dan bahaya riba, jadinya debat panjang-pendek nggak karuan. Terus ujung-ujungnya nantangin,’jadi jalan keluarnya gimana?’. Emang yang ngasih rejeki gue dan temen-temen gue ?

Saya meyakini 100% bahwa jika seseorang ditakdirkan memiliki sesuatu (Alpahrd misalnya), maka dia akan memilikinya baik dia membelinya secara kredit atau tidak. Tapi, kalo dia tidak ditakdirkan untuk memilikinya, mau dia kreditan dan selalu punya penghasilan tetap sekalipun, Alphard itu tak akan menjadi miliknya. Ingat, rezeki, umur, dan jodoh telah tertulis dan tinta yang menuliskanya telah kering. Tapi kalimat saya yang barusan sudah begitu klise bagi masyarakat kebanyakan. Karena itu, saya ingin mencantumkan sebuah kisah salah seorang sahabat nabi berikut,

Diriwayatakan dari Imam ‘Ali Radhiallahu 'anhu, bahwa beliau masuk masjid Kufah. Sebelum shalat beliau menitipkan hewan tunggangannya kepada seorang anak laki-laki. Setelah selesai shalat, beliau mengeluarkan uang satu Dinar untuk diberikan ke anak laki-laki itu. Tapi beliau mendapati anak laki-laki itu telah pergi sambil membawa tali pengikat hewan tunggangan yang dititipkan padanya. Lalu Imam ‘Ali Radhiallahu 'anhu menyuruh seseorang  untuk membeli tali pengikat hewan tunggangannya dengan harga satu Dinar. Laki-laki itu melakukannya dan kembali sambil membawa tali pengikat hewan tunggangan untuk beliau. Ketika itu Ali berkata, “Mahasuci Allah. Itu adalah tali pengikat hewan tungganganku.” Laki-laki itu berkata, “Aku membelinya dari anak itu satu Dinar.” Imam ‘Ali berkata, “Mahasuci Allah. Aku hendak memberinya rezeki halal tapi ia tidak mau dan memilih mengambil yang haram!”

Ah, tapikan nggak ada salahnya menyiapkan masa depan? Mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk kan perlu juga! Mungkin begitu komentar sebagian orang. Dan saya setuju dengan statement tersebut. Tapi coba perhatikan dimana kita meletakan rasa aman kita. Seperti yang saya katakan sebelumnya, jika harta/jaminan itu tidak ditakdirkan menjadi milik anda, maka semua itu akan hilang. Tak percaya? Baik, mari saya ingatkan kejadian tahun 1997 dan 1999, ketika bank-bank di Indonesia -yang menurut orang awam bonafid- dilikuidasi.  Berapa banyak nasabah yang kehilangan uangnya karena tabunganya tidak termasuk kelompok yang dijamin oleh LPS? Belum lagi yang simpananya berupa investasi, sehingga tidak ditanggung sama sekali oleh LPS? Berikut satu contoh kasus yang saya kutip dari tempo,

Sebaliknya dengan Hok Seng, 45 tahun, pengusaha retail yang menyimpan sejumlah Rp 400 juta di BHS. Menurutnya ia memang apes, pasalnya sejak dua minggu lalu ia sudah berniat memindahkan uangnya ke Bank Bira. Hanya batal, karena petugas polisi yang dimintanya untuk mengawal uang terlambat tiba, sehingga kasir terlanjur tutup. Lantas ketika depositonya jatuh tempo pada 25 Oktober lalu, Hok Seng tidak dapat mengambilnya, karena saat itu hari Sabtu, dan kas tutup. Hok Seng mulai merasa curiga ketika ia berniat mengambil uangnya, Senin (27/10), pihak BHS Bank berniat memotong uangnya sebesar 25 persen.

Dan ada satu konsep yang harus diingat soal jaminan-jaminan ini, bahwa jaminan itu perlu dijaminkan lagi supaya terjamin. Haha.. Maksudnya? Begini, anggaplah anda mengikuti simpanan berjangka, itu loh yang tiap bulan dibayar teratur tapi nggak boleh ditarik sampai tahun tertentu, kalo ditarik sebelumnya maka tabungan anda akan dipotong sekian persen. Sekarang saya tanya deh,siapa yang bisa menjamin anda selalu memiliki uang untuk menyetor ke simpanan tersebut selama jangka waktu yang ditentukan? Bagaimana jika dari 8 tahun perjalanan anda, anda tiba-tiba tidak memiliki uang di tahun ke dua? Berikut contoh kasusnya di link ini, dimana beliau sudah menabung selama 17 bulan dengan total tabungan 8,5 juta, dan karena tidak sanggup melanjutkan, maka beliau memutuskan untuk menutup akunnya. Dan ternyata tabunganya menguap >90% dan kembali 400ribu saja karena kurang dari 2 tahun. Berarti kesimpulanya supaya anda bisa konsisten untuk membayar ‘jaminan’ hari tua anda, anda perlu jaminan untuk selalu sanggup menyetor bukan? 

Jika begitu, apa yang pasti bisa menjamin kita di dunia ini? Mari saya ingatkan kembali kisah Nabi Sulaiman yang ingin memberi makan seluruh hewan di dunia ini: 
Syeikh Muhammad bin Ahmad bin ‘Iyas pengarang kitab Bada’i al Zuhur fi Waqa’i al Duhur memetik kisah yang dinukilkan Syeikh Abd Rahman bin Salam al Muqri dalam kitab al Aqa’iq, bahwa Nabi Sulaiman alaihissalaam meminta izin kepada Allah untuk memberi makanan kepada semua makhluk untuk sehari saja. Maka, Nabi memerintahkan jin dan manusia membawa semua bahan makanan yang ada di muka bumi yang untuk mengumpulkanya diperlukan waktu hingga sebulan lamanya. Setelah semuanya beres, kesemua makanan ini disajikan. Maka Allah memerintahkan seekor ikan muncul untuk dijamu makanan itu. Kemudian dalam sekali suap ikan tersebut menyantap habis semua hidangan yang disajikan. Ikan itu pun berkata, “Hai Sulaiman, berikan aku makanan lagi, aku masih belum kenyang.” Jawab Nabi Sulaiman alaihissalaam, “Engkau sudah memakan semuanya dan engkau masih belum kenyang?”. Ikan itu menjawab pula, “Ketahuilah, setiap hari aku mendapat 3 kali ganda makanan daripada apa yang telah engkau sediakan hari ini.” 
Allah mampu untuk memberi rezeki pada tiap makhluk di dunia ini, semuanya tanpa terkecuali. Lalu, mengapa kita masih dipenuhi dengan kekhawatiran-kehawatiran?
Sebagai penutup, saya ingin menekankan bahwa tulisan ini sama sekali tidak menentang konsep menabung, saya hanya ingin meningatkan bagaimana mindset kita menghadapi masa depan. Dimana seharusnya kita meletakan perasaan takut kita, pada angan-angan tentang masa depan atau pada kemarahan Rabbnya.