Saya adalah seorang kontes menulis hunter. Hal itu bisa
dilihat pada postingan blog saya yang mayoritas isinya kontes. Matre ya? Emang!
Hehe.. Sebenarnya, alasan saya ikut kontes menulis adalah karena ingin
mengetahui, segimana sih level kemampuan menulis saya. Apakah ada peningkatan
setelah saya mencoba bertekun menulis?
Saya mulai terjun ke dunia perlombaan tahun 2014 kemarin. Awalnya,
saya berusaha ikut lomba sebanyak-banyaknya. Pokoknya yang penting jadi, terus
kirim. Terus, tiap pengumuman dengan pedenya saya berharap menang. Akhirnya,
kecewa melulu yang saya dapatkan. Tapi, dengan terus kalah itu saya sadar,
kemampuan saya nggak ada apa-apanya. Jadi berubahlah mindset saya untuk ikutan
lomba dari mengharapkan kemenangan menjadi ajang belajar menulis.
Ritme dalam mengikuti lomba juga saya ubah. Saya nggak
berusaha lagi untuk mengikuti lomba sebanyak-banyaknya. Saya lebih fokus gimana
caranya menghasilkan tulisan yang bagus. Apalagi waktu yang dimiliki untuk
menulis memang tak banyak. Akhirnya, untuk menyelesaikan 1 artikel lomba saya
membutuhkan waktu sekitar satu bulan. Lama
ya? Ya emang begitu, soalnya dalam sehari saya cuma punya waktu 30 menit untuk
menulis. Menurut saya, biar sedikit yang penting rutin deh. wong nulis 30 menit
sehari aja, urusan rumah kadang keteteran (senyum manis ke suami).
Saya juga milih-milih sebelum memutuskan untuk ikut lomba
(ih! Newbie aja sok banget). Walau hadiahnya gede, saya nggak akan ikut lomba
yang temanya bertentangan dengan keyakinan saya. Misalnya lomba
tentang/disponsori perbankan riba, anjuran KB, dan hal lain yang bertentangan
dengan Islam. Biasanya saya milih tema yang menuntut saya belajar dan banyak
baca. Jadi walau nggak dapet hadiah, minimal dapet wawasan deh.
Nah, setelah memilih lomba yang akan diikuti barulah priode
saya menulis yang 30 hari itu dimulai. Pada dasarnya, waktu yang 30 hari itu
terdiri dari 3 kegiatan : cari ide dan bahan, penulisan, pengeditan. Untuk cari
ide yang orisinil itu nggak mudah, padahal ide yang oke adalah modal dasar
tulisan yang bagus. Kadang saya nyari ide di perpustakaan atau toko buku
disamping cari ide melalui internet. Setelah tema tulisan ditentukan, barulah
saya mengumpulkan bahan pendukung.
Setelah ide dan bahan terkumpul, fase menulis pun dimulai. Sebelumnya
saya sudah mengatakan bahwa saya menulis 30 menit sehari bukan? Sebenarnya saya
kurang detail menjelaskanya. Saya mengetik 30 menit sehari sambil menyusui anak
saya, si Bagas. Yup, saya mengetik dengan 1 tangan alias 1 jari. Ini salah satu
alasan utama kenapa saya perlu waktu lama untuk selesaiin tulisan. Sekali lagi
saya katakan, cuma itu waktu yang saya punya. Mungkin ada yang bertanya, kenapa
nggak tiap kali menyusui aja ngetiknya biar cepat selesai? Pengenya sih begitu,
tapi kasian si Bagas kalau tiap menyusui dicuekin sama emaknya. Jadi, saya
batasin untuk nyuri waktu nyusu Bagas 1x sehari aja. Hehe.. Dan berhubung si Bagas anaknya lasak, terkadang leher saya
jadi pegel kalau habis ngetik karena harus memanjangkan leher untuk liat layar
laptop yang kehalang kepala dia.
tempat ngetik tulisan ter PW,laptop di kanan-Bagas di kiri |
Setelah tulisan rampung, fase pengeditan pun dimulai. Menurut
salah satu artikel yang pernah saya baca, sebuah tulisan itu perlu diedit 3
kali : pertama untuk mengedit kesalahan pengetikan dan tanda baca, kedua untuk
mengedit penggunaan kata dan keefektifan kalimat, ketiga untuk menilai tulisan
secara keseluruhan dan menilai tulisan tersebut dari sudut pandang pembaca. Rempong
ya? Tapi saya setuju untuk mengikuti saran artikel tersebut. Untungnya saya punya
editor pribadi, si mas suami yang pensiunan blogger. Walaupun dia juga nggak
jago-jago banget nulis J,
paling nggak dia ngertilah standar tulisan yang bagus itu gimana. Meminta orang
lain membaca tulisan kita itu perlu loh, soalnya kita sebagai penulis nggak
akan bisa menilai tulisan kita sendiri secara objektif. Dan untungnya, suami
nggak basa-basi kalau ngritik tulisan saya.
Begitulah, setelah nggak ada lagi
yang rasanya perlu diedit barulah artikel dikirim. Biasanya sih saya termasuk
golongan deadliners. Bukan karena takut dicontek loh, tapi emang tulisanya baru
selesai menjelang deadline.
Terus apa dong yang udah didapat dari kontes menulis? Kalo bersifat
materi sih belum ada, tapi saya dapet ilmu dan kekebalan hati. Soalnya saking seringnya
kalah, saya jadi nggak bete lagi walau nama saya nggak ada di daftar pemenang. Yang
bikin saya bete kalau ada yang ngadain lomba, terus nggak ada pemenangnya. Ih! Nggak
banget!
Walaupun kemungkinan menang lomba itu kecil bagi saya, tapi
saya tetep ikut. Karena saya percaya bahwa dengan berpartisipasi saya punya dua
kemungkinan, menang atau kalah. Tapi kalau nggak ikutan sama sekali sudah pasti
saya tak punya peluang menang, bukan? Jadi, ikutan lomba adalah upaya saya untuk
menciptakan peluang. Buat kamu yang masih belum pede/males ikutan lomba, yuk
ciptakan peluangmu!
Tulisan ini diikutkan Giveaway Cerita di Balik Blog
Panjang yaaa perjalanan sebuah tulisan. Tapi tetap semangat dan itu bikin salut :')
BalasHapusitu karena jiwa matrenya mengalahkan malasnya mbak..haha
HapusTerima kasih ya Mba sudah ikutan GA ini, good luck :)
BalasHapus