Senyaman-nyamanya rumah kontrak,
lebih nyaman rumah sendiri. itu pendapat yang dianut oleh sebagian besar
pasangan zaman sekarang. Saya setuju dengan pendapat itu. Sayapun memiliki
keinginan untuk memiliki rumah kami sendiri. biarpun mewah dan megah yang penting
punya sendiri. eh! Pasti asikan, mau dicat atau direnove gimanapun nggak ada
yang larang. Mau bikin kebun buah, bunga, obat atau apapun bisa. Nah kalo
ngontrak, mau renove males secara bukan punya kita, tapi nggak direnov
nyusahin. Hehe..
Sebenernya jaman sekarang untuk
punya rumah sendiri nggak terlalu susah. Tinggal ngajuin kredit sesuai dengan
kemampuan, udah bisa beli rumah. Tinggal pilih, mau nyicil 5 tahun, 10 tahun,
atau 15 tahun. Dan sebenernya lagi, dengan pendapatan kami, kami masih sanggup nyicil
rumah sangat sederhana di pinggir kota selama 15 tahun. Tapi saya merasa kurang
sreg jika harus memiliki hutang 15 tahun. 15 tahun itu waktu yang lama sekali. 15
tahun harus menanggung hutang yang meresahkan. Ada satu pepatah mengenai hutang yang selalu
saya ingat: hutang itu merendahkan di siang hari, dan menyusahkan di malam
hari. Mungkin pepatah itu tidak sepenuhnya benar, apalagi zaman sekarang dimana
hutang telah menjadi hal yang mudah dan biasa. Tapi jika dikatakan hutang
adalah beban yang meresahkan, saya rasa itu benar. Apalagi kita tidak bisa
memastikan rejeki kita selalu stabil seperti sekarang. Bagaimana kalau di depan
terjadi musibah seperti pemecatan dan sebagainya?
Tentu saja saya tidak menghakimi
mereka yang ingin berkredit untuk memenuhi kebutuhanya (bukan tugas saya juga
menghakimi siapa-siapa). Tapi, bagi kami (saya dan suami) lebih baik kalau saya
membeli sesuatu secara tunai. Termasuk dalam mimpi saya untuk memiliki rumah
saya sendiri. Kalau begitu kapan beli rumahnya, lah wong harga property naik
terus??? Jawabanya, saya juga nggak tau!
Hehe.. tapi saya #beranilebih percaya diri pada idealisme saya, walaupun
bertentangan dengan pemikiran sebagian besar orang.
Akibat keputusan kami tersebut,
maka hingga saat ini kami masih jadi kontraktor alias tukang kontrak rumah. Sementara
teman-teman yang lain telah memiliki rumah mereka sendiri. Melihat hal itu,
terkadang ada perasaan kepingin juga di hati. Tapi kami harus #beranilebih
bersabar dengan keputusan yang telah kami buat. Walaupun nggak tau kapan, kami
akan punya rumah sendiri. walaupun kami harus repot pindah-pindah rumah kalau
kontrakan nggak diperpanjang sama yang punya rumah.
Tentu saja bersabar harus
disertai dengan usaha agar keinginan kami ini segera terwujud. Maka sayapun
harus #beranilebih giat berusaha mengetuk pintu rejeki dari Allah. saya harus
pandai-pandai mengatur waktu antara mengatur urusan rumah tangga dan merintis
usaha kecil-kecilan. Jangan ditanya bagaimana repotnya. Saya adalah ibu rumah
tangga full time dengan anak yang masih berumur 1 tahunan tanpa asisten rumah
tangga. Maka saya harus pandai mengatur waktu dan memilih prioritas dalam
memilih aktivitas yang harus saya kerjakan. Ada saatnya saya merasa capek dan
kerepotan sekali. Disaat seperti itu, saya beristirahat sejenak dan menghibur
diri. Bahwa kalaupun saya gagal mencapai apa yang saya inginkan, saya percaya
bahwa Allah tidak akan menyi-nyiakan usaha saya.
Begitulah, ketika kita telah
memilih satu sikap, maka kita harus berani dalam menanggung konsekuensinya. Apapun
itu.
akun fb : feby raudhati
akun twitter : @f3byraudhati